Minggu, 11 Oktober 2015

Kedudukan Filsafat sebagai sifat Demitologi

Bangsa yunani yang hidup pada abad ke-6 SM memiliki sistem kepercayaan yang di dipercaya olehnya adalah benar, kepercayaan tersebut bersumber pada mitos (dongeng - dongeng) dan anehnya suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) menurut mereka tidak berlaku.

Kemudian setelah lengsernya abad ke-6 SM mulai muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. hal mendasar yang tidak dapat diterima oleh pemikir-pemikir hebat kala itu adalah tentang misteri alam semesta ini, ketika dikaji lebih dalam mengenai peristiwa alam semesta terkait dengan teori bangsa yunani saat itu jawabannya tidak dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia. Dengan munculnya ahli pikir inilah maka kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. 

Zaman Yunani kuno di pandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide – ide atau pendapatnaya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi – mitologi.

Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern, dan sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa, beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Anaximandros, Amaximenes, dan lain-lain.


2 komentar: